Langsung ke konten utama

Periode keempat, perkembangan hadis pada abad II dan III Hijriah

Periode ini disebut Ashr Al-Kitabah wa Al-Tadwin (masa penulisan dan pembukuan). Artinya, secara resmi, yakni yang diselenggarakan oleh atau atas inisiatif pemerintah.
Masa pembukuan mulai pada awal abad II H, yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdul Azis tahun 101 H. sebagai khalifah, Umar Ibn Azis sadar bahwa perawi yang menghimpun hadis dalam hapalanya semakin banyak yang meninggal. Beliau khawatir apabila tidak membukukan dan mengumpulkan dalam buku-buku hadis dari para perawinya, ada kemungkinan hadis-hadis tersebut akan lenyap dari permukaan bumi bersamaan dengan kepergian penghafal-penghafalnya yang telah meninggal.
Untuk mewujudkan maksud tersebut, pada tahun 100 H, Khalifah meminta kepada Gubernur Madinah, Abu Bakr Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hazmin (120 H) yang menjadi guru Ma’mar Al-Laits, AL-Auza’I, Malik, Ibn Ishaq, dan Ibn Abi Dzi’bin untuk membukukan hadis rasul yang terdapat pada penghapal wanita terkenal, yaitu Amrah binti Abdir Rahman Ibn Sa’ad Ibn Zurarah Ibn ‘Ades, seorang ahli Fiqih, murid Aisyah r.a (20 H/642 M-98 H/716 M atau 106 H/724 M), dan hadis-hadis yang ada pada Al-Qasim Ibn Muhammad Ibn Abi Bakr Ash-Shiddieq (107 H/725 M), seorang pemuka tabi’in dan salah seorang fuqaha madinah yang tujuh.
Umar mengirimkan surat-surat kepada Gubernur yang ada di bawah kekuasaanya untuk membukukan hadis yang ada pada ulama yang tinggal di wilayah mereka masing-masing. Di antara ulama besar yang membukukan hadis atas kemauan Khalifah adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Muslim ibn Ubaidillah Ibn Syihab Az-Zuhri, seorang tabiin yang ahli dalam bidang fiqh dan hadis.
Kitab hadis yang ditulis oleh Ibu Hazm, yang merupakan kitab hadis pertama yang ditulis atas perintah kepala Negara, tidak sampai kepada kita, dan kitab itu tidak membukukan seluruh hadis yang ada di Madinah. Pembukuan seluruh hadis yang ada di Madinah dilakukan oleh Imam Muhammad Ibn Muslim Ibn Syihab Az-Zuhri, yang memang terkenal sebagai ulama besar dari ulama-ulama hadis pada masanya.
Penhumpul hadis berdasarkan sejarah yang ditegaskan antara lain,
a.       Kota mekah, Ibnu Juraij (80-150 H)
b.      Kota madinah, Ibnu Ishaq (w. 150 H)
c.       Kota bashrah Al-Rabi’I Ibn Shabih (w. 160 H)
d.      Di kuffah, Sofyan Ats-Tsaury (w. 161 H)
e.       Di Syam, Al-Auza’I (w. 95 H)
f.       Di Wasith, Husyain Al-Wasithy (104-188 H)
g.      Di Yaman, Ma’mar al-Azdy (955-153 H)
h.      Di Rei, Jarir Adh-Dhabby (110-188 H)
i.        Di Khurasan, Ibn Mubarak (11-181 H)
j.        Di Mesir, Al-Laits Ibn Sa’ad (w. 175 H)
Adapun kitab yang palin tua yang ada di tangan umat islam dewasa ini adalah Al-Muwaththa’ susunan Imam Malik. Kitab ini disusun atas permintaan Khalifah Al-Mansyhur ketika ia menunaikan ibdah haji 144 H.
Ibnu ishaq menyusun kitab Al-Maghazi ini adalah dasar pokok bagi kitab-kitab sirah Nabi.
Para Ulama abad kedua membukukan hadis tanpa menyaringnya, yakni mereka tidak hanya membukukan hadis-hadis saja, tetapi fatwa-fatwa sahabat pun dimasukkan kedalam bukunya. Oleh karena itu, dalam kitab-kitab itu terdapat hadis-hadis marfu’, hadis-hadis mauquf. Dan hadis-hadis maqtu’.
Kitab-kitab hadis yang telah dibukukan dan dikumpulkan dalam abad kedua ini, jumlahnya cukup banyak. Yang masyhur di kalangan ahli hadis adalah
a.       Al-Muwaththa’, Imam Malik (95 H-179 H)
b.      Al-Maghazi wal Siyar, Muahammad Ibn Ishaq (150 H)
c.       Al-Jami’, Abdul Razzaq As-Sana’any (211 H)
d.      Al-Mushannaf, Sy’bah Ibn Hajjaj (160 H)
e.       Al-Mushannaf, Sufyan Ibn ‘Uyainah(198 H)
f.       Al-Mushannaf, Al-Laits Ibn Sa’ad (175 H)
g.      Al-Mushannaf, Al-Auza’I (150 H)
h.      Al-Mushannaf, Al-Humaidy (219 H)
i.        Al-Mughazin Nabawiyah, Muhammad Ibn Waqif Al-Aslamy
j.        Al-Musnad, Abu Hanifah (150 H)
k.      Al-Musnad, Zaid Ibn Ali
l.        Al-Musnad, Al-Imam Asyafi’i
m.    Mukhtalif Al-Hadis, Al-Imam Asyafi’i.
Keadaan seperti ini menyebabkan sebagian ulama mempelajari keadaan rawi-rawi hadis dan dalam masa ini telah banyak rawi-rawi yang lemah. Pada masa ini muncul tokoh-tokoh Jarh wa Ta’dil, diantaranya adalah Syu’bah Ibn Al-Hajjaj (160 H), Ma’mar, Hisyam Ad-Dastaway (154 H), Al-Auza’i (156 H), Sufyan Ats-Tsauri (161 H), dan masih banyak tokoh lain.
Tokoh-tokoh yang masyhur pada abad kedua hijriah adalah Malik, Yahya Ibn Sa’id Al-Qaththan, Waki Ibn Al-Jarrah, Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Uyainah, Syu’bah Ibn Hajajaj, Abdul Ar-Rahman Ibn Mahdi, Al-Auza’I, Al-Laits, Abu-Hanifah, dan Asy-Syafi’i.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkembangan Hadis Pada Masa Khulafa’ Ar-Rasyidin

Periode ini disebut ‘Ashr-At-Tatsabut wa Al-Iqlal min Al-Riwayah (masa membatasi dan menyedikitkan riwayat). Nabi SAW wafat pada 11 H. beliau meninggalkan dua pegangan dasar bagi pedoman hidup, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadis tersebar dan terbatas. Bahkan pada masa itu Umar melarang para sahabat untuk memperbanyak meriwayatkan hadis, dan sebaliknya, umar menekankan agar para sahabat mengerahkan perhatianya untuk menyebarluaskan Al-Qur’an. Ada dua sahabat yang meriwayatkan hadis, yaitu a.        Dengan lafazh asli, yaitu menurut lafazh yang mereka terima dari Nabi SAW b.       Dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya karena tidak hapal lafazh asli dari nabi SAW. Pada masa ini, Khalifah Umar mempunyai gagasan untuk membukukan hadis, namun maksud tersebut diurungkan setelah beliau melakukan shalat istikharah.

Ulul Albab

Kita semua pasti sudah mengenal Newton, si raja teori gravitasi. Penemuan rumus gravitasinya membuat namanya melambung dan tersohor seantero dunia. Bak gayung bersambut, generasi demi generasi mengenalnya sebagai tokoh sains legendaris. Namun, dalam kesempatan kali ini, saya mengajak anda sebentar melintasi lorong waktu sebelum si Newton menemukan teori gravitasinya. Alkisah, konon ceritanya Newton suatu ketika di sela-sela waktunya, ia duduk di bawah pohon apel. Tiba-tiba sebuah apel jatuh. Ada versi cerita yang mengatakan bahwa apel itu jatuh tepat mengenai kepalanya, ada juga yang mengatakan bahwa apel itu jatuh tepat di depannya. Fenomena buah apel jatuh dari pohonnya tersebut mengusik pikiran si  Newton. Pikirannya berkecamuk seambrek pertanyaan. "Kenapa apel tersebut jatuhnya ke bawah?" "Kenapa bukan ke atas?" "Kenapa jatuhnya kok selalu lurus ke bawah?" "Kenapa jatuhnya kok cepat?" "Berapa kecepatan jatuhnya?" b...