Periode ini disebut Ashr Al-Kitabah wa Al-Tadwin (masa penulisan
dan pembukuan). Artinya, secara resmi, yakni yang diselenggarakan oleh atau
atas inisiatif pemerintah.
Masa pembukuan mulai pada awal abad II H, yakni pada masa
pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdul Azis tahun 101 H. sebagai khalifah, Umar
Ibn Azis sadar bahwa perawi yang menghimpun hadis dalam hapalanya semakin
banyak yang meninggal. Beliau khawatir apabila tidak membukukan dan
mengumpulkan dalam buku-buku hadis dari para perawinya, ada kemungkinan
hadis-hadis tersebut akan lenyap dari permukaan bumi bersamaan dengan kepergian
penghafal-penghafalnya yang telah meninggal.
Untuk mewujudkan maksud tersebut, pada tahun 100 H, Khalifah
meminta kepada Gubernur Madinah, Abu Bakr Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hazmin (120
H) yang menjadi guru Ma’mar Al-Laits, AL-Auza’I, Malik, Ibn Ishaq, dan Ibn Abi
Dzi’bin untuk membukukan hadis rasul yang terdapat pada penghapal wanita
terkenal, yaitu Amrah binti Abdir Rahman Ibn Sa’ad Ibn Zurarah Ibn ‘Ades,
seorang ahli Fiqih, murid Aisyah r.a (20 H/642 M-98 H/716 M atau 106 H/724 M),
dan hadis-hadis yang ada pada Al-Qasim Ibn Muhammad Ibn Abi Bakr Ash-Shiddieq
(107 H/725 M), seorang pemuka tabi’in dan salah seorang fuqaha madinah yang
tujuh.
Umar mengirimkan surat-surat kepada Gubernur yang ada di bawah
kekuasaanya untuk membukukan hadis yang ada pada ulama yang tinggal di wilayah
mereka masing-masing. Di antara ulama besar yang membukukan hadis atas kemauan
Khalifah adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Muslim ibn Ubaidillah Ibn Syihab
Az-Zuhri, seorang tabiin yang ahli dalam bidang fiqh dan hadis.
Kitab hadis yang ditulis oleh Ibu Hazm, yang merupakan kitab hadis
pertama yang ditulis atas perintah kepala Negara, tidak sampai kepada kita, dan
kitab itu tidak membukukan seluruh hadis yang ada di Madinah. Pembukuan seluruh
hadis yang ada di Madinah dilakukan oleh Imam Muhammad Ibn Muslim Ibn Syihab
Az-Zuhri, yang memang terkenal sebagai ulama besar dari ulama-ulama hadis pada
masanya.
Penhumpul hadis berdasarkan sejarah yang ditegaskan antara lain,
a.
Kota
mekah, Ibnu Juraij (80-150 H)
b.
Kota
madinah, Ibnu Ishaq (w. 150 H)
c.
Kota
bashrah Al-Rabi’I Ibn Shabih (w. 160 H)
d.
Di
kuffah, Sofyan Ats-Tsaury (w. 161 H)
e.
Di
Syam, Al-Auza’I (w. 95 H)
f.
Di
Wasith, Husyain Al-Wasithy (104-188 H)
g.
Di
Yaman, Ma’mar al-Azdy (955-153 H)
h.
Di
Rei, Jarir Adh-Dhabby (110-188 H)
i.
Di
Khurasan, Ibn Mubarak (11-181 H)
j.
Di
Mesir, Al-Laits Ibn Sa’ad (w. 175 H)
Adapun kitab yang palin tua yang ada di tangan umat islam dewasa
ini adalah Al-Muwaththa’ susunan Imam Malik. Kitab ini disusun atas permintaan
Khalifah Al-Mansyhur ketika ia menunaikan ibdah haji 144 H.
Ibnu ishaq menyusun kitab Al-Maghazi ini adalah dasar pokok bagi
kitab-kitab sirah Nabi.
Para Ulama abad kedua membukukan hadis tanpa menyaringnya, yakni
mereka tidak hanya membukukan hadis-hadis saja, tetapi fatwa-fatwa sahabat pun
dimasukkan kedalam bukunya. Oleh karena itu, dalam kitab-kitab itu terdapat
hadis-hadis marfu’, hadis-hadis mauquf. Dan hadis-hadis maqtu’.
Kitab-kitab hadis yang telah dibukukan dan dikumpulkan dalam abad
kedua ini, jumlahnya cukup banyak. Yang masyhur di kalangan ahli hadis adalah
a.
Al-Muwaththa’,
Imam Malik (95 H-179 H)
b.
Al-Maghazi
wal Siyar, Muahammad Ibn Ishaq (150 H)
c.
Al-Jami’,
Abdul Razzaq As-Sana’any (211 H)
d.
Al-Mushannaf,
Sy’bah Ibn Hajjaj (160 H)
e.
Al-Mushannaf,
Sufyan Ibn ‘Uyainah(198 H)
f.
Al-Mushannaf,
Al-Laits Ibn Sa’ad (175 H)
g.
Al-Mushannaf,
Al-Auza’I (150 H)
h.
Al-Mushannaf,
Al-Humaidy (219 H)
i.
Al-Mughazin
Nabawiyah, Muhammad Ibn Waqif Al-Aslamy
j.
Al-Musnad,
Abu Hanifah (150 H)
k.
Al-Musnad,
Zaid Ibn Ali
l.
Al-Musnad,
Al-Imam Asyafi’i
m.
Mukhtalif
Al-Hadis, Al-Imam Asyafi’i.
Keadaan seperti ini menyebabkan sebagian ulama mempelajari keadaan
rawi-rawi hadis dan dalam masa ini telah banyak rawi-rawi yang lemah. Pada masa
ini muncul tokoh-tokoh Jarh wa Ta’dil, diantaranya adalah Syu’bah Ibn Al-Hajjaj
(160 H), Ma’mar, Hisyam Ad-Dastaway (154 H), Al-Auza’i (156 H), Sufyan
Ats-Tsauri (161 H), dan masih banyak tokoh lain.
Tokoh-tokoh yang masyhur pada abad kedua hijriah adalah Malik,
Yahya Ibn Sa’id Al-Qaththan, Waki Ibn Al-Jarrah, Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu
Uyainah, Syu’bah Ibn Hajajaj, Abdul Ar-Rahman Ibn Mahdi, Al-Auza’I, Al-Laits,
Abu-Hanifah, dan Asy-Syafi’i.
Komentar
Posting Komentar