Langsung ke konten utama
Secara historis terbunuhnya sayidina ‘Ali yang di eksekusi oleh kelompok Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam, kenapa hal ini sampai terjadi dan kenapa Abdullah bin Muljam ini sampai tega membunuh Sayidina ‘Ali padahal ia adalah orang yang pandai dan cerdas secara keilmuan tentang agama, ini disebabkan salah satunya karena paradigma atau pola pikir, keyakinan tauhid dari Abdullah bin Muljam yang tidak bisa memahami perbedaan yang terjadi pada masa itu, serta fanatisme yang berlebihan, mudah terpengaruh maupun terinspirasi dengan munculnya berita berita pada masa itu, sehingga mudah terpropokasi maupun terinspirasi  dan terjadilah operasi pemikiran atau doktrinasi pemikiran.
Kemudian apa saja penyebab terjadinya perbedaan antar umat islam pada masa itu, yang mana hal akan penulis jelaskan antara lain, sebagai berikut.
1.     Primordialisme kesukuan yang merupakan warisan jahiliyah
Fanatisme kesukuan ini yang menyebabkan perselisihan dan persaingan antar suku yang mengakibatkan pertumpahan dara yang berlarut larut tanpa ada akhirnya.
2.     Perebutan kepemimpinan
Setelah masa kepemimpinan Usman bin Affan, umat islam mulai terpecah belah dan membentuk kelompok kelompok sendiri. Pada massa itu  rakyat mempercayakan pemerintahan kekuasaan pada Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti Khalifah Usman bin Affan. Akan tetapi kelompok mu’awiyah memproklamirkan diri sebagai khalifah yang berkedudukan di Damsyik dengan dukungan Kaum Keluarganya dan pengikutnya. Sementara itu di Makkah, Thahlah, Zubair dan Aisyah Tidak menyetujui penobatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah.
3.     Persinggungan dengan agama lain
4.     Penerjemahan materi-materi filsafat
Hal ini seperti yang dilakukan oleh kelompok Mu’tazilah yang sangat mendewakan akal bagaimana menginterpretasikan suatu hukum-hukum dalam Qur’an.
5.     Mengkaji permasalahan yang sulit dipahami oleh akal
6.     Metode penafsiran terhadap ayat ayat mutasyabihat

7.     Istinbaht al-ahkam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkembangan Hadis Pada Masa Khulafa’ Ar-Rasyidin

Periode ini disebut ‘Ashr-At-Tatsabut wa Al-Iqlal min Al-Riwayah (masa membatasi dan menyedikitkan riwayat). Nabi SAW wafat pada 11 H. beliau meninggalkan dua pegangan dasar bagi pedoman hidup, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadis tersebar dan terbatas. Bahkan pada masa itu Umar melarang para sahabat untuk memperbanyak meriwayatkan hadis, dan sebaliknya, umar menekankan agar para sahabat mengerahkan perhatianya untuk menyebarluaskan Al-Qur’an. Ada dua sahabat yang meriwayatkan hadis, yaitu a.        Dengan lafazh asli, yaitu menurut lafazh yang mereka terima dari Nabi SAW b.       Dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya karena tidak hapal lafazh asli dari nabi SAW. Pada masa ini, Khalifah Umar mempunyai gagasan untuk membukukan hadis, namun maksud tersebut diurungkan setelah beliau melakukan shalat istikharah.

Ulul Albab

Kita semua pasti sudah mengenal Newton, si raja teori gravitasi. Penemuan rumus gravitasinya membuat namanya melambung dan tersohor seantero dunia. Bak gayung bersambut, generasi demi generasi mengenalnya sebagai tokoh sains legendaris. Namun, dalam kesempatan kali ini, saya mengajak anda sebentar melintasi lorong waktu sebelum si Newton menemukan teori gravitasinya. Alkisah, konon ceritanya Newton suatu ketika di sela-sela waktunya, ia duduk di bawah pohon apel. Tiba-tiba sebuah apel jatuh. Ada versi cerita yang mengatakan bahwa apel itu jatuh tepat mengenai kepalanya, ada juga yang mengatakan bahwa apel itu jatuh tepat di depannya. Fenomena buah apel jatuh dari pohonnya tersebut mengusik pikiran si  Newton. Pikirannya berkecamuk seambrek pertanyaan. "Kenapa apel tersebut jatuhnya ke bawah?" "Kenapa bukan ke atas?" "Kenapa jatuhnya kok selalu lurus ke bawah?" "Kenapa jatuhnya kok cepat?" "Berapa kecepatan jatuhnya?" b...